MASIH PERCAYA BAHWA TUHAN ADA?


Saya teringat dengan sebuah kisah menarik antara Profesor Ateis vs Mahasiswa Religius. Kisahnya sebagai berikut:

Perdebatan seru terjadi di salah satu kelas filsafat, membahas apakah Tuhan itu ada atau tidak.

Profesor mengajak para mahasiswanya sekitar 30 orang berpikir dengan logika:

“Adakah di antara kalian yang pernah mendengar Tuhan?”

Tak ada yang menjawab.

“Adakah di antara kalian yang pernah menyentuh Tuhan?”

Lagi-lagi tak ada jawaban

“Atau ada di antara kalian yang pernah melihat Nya?!”

Masih tak ada jawaban

“Kalau begitu Tuhan itu tak ada”

Seorang mahasiswa yang religius mengacungkan tangannya, meminta izin untuk bicara.

“Apakah profesor pernah mendengar suara otak profesor sendiri?” tanyanya pada seisi kelas.

Suasana hening.

“Apakah prof pernah menyentuh otak profesor?”

Suasana tetap hening

“Apakah prof. Pernah melihat otaknya prof?”

Karena tak ada yang menjawab maka mahasiswa itu kemudian menyimpulkan,”Kalau begitu, profesor memang tak punya otak!”


Saudaraku yang kekasih….

Sering juga kita bersikap seperti Profesor Atheis di atas. Kurang percaya akan adanya Tuhan. Di Harian Suara Pembaruan, edisi 13 Maret 2010 dikabarkan bahwa lebih dari 2.000 orang kaum atheis (dahriah) atau orang-orang yang tidak percaya akan adanya Tuhan menggelar pertemuan di Melbourne, Australia, untuk merayakan keyakinan mereka tidak mempercayai agama. Ajang ini disebut-sebut sebagai pertemuan kaum pemikir atheis terbesar sedunia. Tema yang akan dibahas pada pertemuan tersebut adalah dampak negatif dari agama di masyarakat.

Richard Dawkins

Richard Dawkins

Sebanyak 2.500 tiket untuk menghadiri pertemuan yang  berlangsung 12-14 Maret 2010 di Melbourne Convention and Exhibition Centre ini sudah terjual habis sejak Januari lalu. Konvensi Atheis Global ini akan menghadirkan ilmuwan, filosofi, penulis, dan komedian. Mereka akan bergabung dengan seorang penulis, ahli etnologi, biologi evolusioner, ilmu pengetahuan umum asal Inggris, Richard Dawkins.

Taslima Nasrin

Taslima Nasrin

Salah  satu nama terkenal lainnya seperti dilaporkan oleh vivanews, yang menjadi peserta aktif dalam konvensi ini adalah Taslima Nasrin. Taslima dilahirkan di sebuah keluarga muslim di India pada 1962. Meski kemudian berprofesi sebagai dokter, Taslima sering menulis tema-tema kontroversial bagi masyarakat India yang dikenal religius itu. Pada tahun 1993, novel dokumenternya “Lajja” dilarang pemerintah Bangladesh. Taslima bahkan dikenakan fatwa halal untuk dibunuh. Sejak 1994, Taslima kemudian hidup eksil di Swedia dan kemudian berkembang menjadi simbol kebebasan berpendapat. Meski demikian, Taslima tak mau melepas paspor Bangladeshnya.

Dalam ajang tersebut juga akan ada diskusi membahas Islam dan Terorisme, rencana membuat sebuah film yang mengekspos para pembayar pajak yang memberikan bantuan untuk kepercayaan (agama) mereka. Ada juga dalam sesi pertemuan tersebut bertajuk Fundamentalis Atheis. Peserta pertemuan juga diminta menolak semangat misionari untuk menunjukkan pesan ke dunia mereka senang menjadi orang yang tidak beragama.

Melihat fenomena ini tanpa disadari telah menjadi tantangan tersendiri bagi lembaga keagamaan termasuk gereja dan khususnya orang yang percaya kepada Tuhan Yesus. Karena dengan gejala ini menunjukkan bahwa sekarang ini semakin banyak orang yang tidak percaya akan adanya Tuhan. Bila kita melihat situasi masyarakat khususnya di negara-negara maju (eropa khususnya ketika penulis studi disana), banyak orang yang tidak mengakui Tuhan atau tidak beragama. Hal ini disebabkan oleh karena beberapa faktor, pertama, berkembangnya pemahaman sekularisme. Dengan kemakmuran dan tingkat pendapatan yang tinggi menganggap semuanya adalah dari usaha sendiri bukan dari Tuhan. Kedua, berkembangnya pemahaman hedonisme-kenikmatan. Artinya bahwa di dunia ini mari menikmati hidup dengan sukacita dan kegembiraan. Agama hanyalah sebagai candu yang meninabobokan orang seperti dikatakan oleh Karl Marx bahwa agama sebagai candu dari masyarakat {It (religion) is the opium of the poeple}. Ketiga, munculnya pemahaman bahwa kekuatan-kekuatan Tuhan dapat ditemukan dalam diri manusia, yakni berupa kekuatan supraindrawi yang bersemayam dalam diri manusia, akal budi (pikiran), kehendak (nafsu), dan perasaan (hati). Ini berbeda dari pandangan umum yang menganggap ketiga unsur tersebut hanya sebagai bagian dari manusia. Apalagi dengan kemajuan tekhnolog yang sangat pesat menyebabkan manusia merasa dapat menciptakan segala sesuatu seperti Tuhan. Sehingga muncul pemahaman Tuhan tidak ada apa-apanya. Bahkan Tuhan hanya tenang ditempatnya (?). Lebih parah lagi seperti dikatakan oleh Nietzsche yang dikenal sebagai “sang pembunuh Tuhan” dengan pandangannya DOG (Death of God). Keempat, ini ada hubungannya dengan kebijakaran pemerintah, karena persoalan agama diatur oleh pemerintah dimana kepada warga dikenakan pajak penghasilan jika memiliki agama. Sehingga sebagian orang tidak senang mereka diatur oleh pemerintah untuk beragama. Karena ini adalah hak azasi. Namun demikian jangan salah juga bahwa banyak orang mengakui agama secara “KTP”, namun percaya adanya Tuhan.

Saudaraku yang kekasih..

Bagaimana dengan kita?. Apakah kita masih percaya adanya Tuhan?. Umumnya pemahaman orang tentang Tuhan adalah melihat dulu baru percaya. Namun secara konsep kekristenan, berbicara tentang Tuhan adalah berbicara masalah iman. Penulis Ibrani dalam 11:1 dengan tegas mengatakan,  Iman adalah dasar dari segala sesuatu yang kita harapkan dan bukti dari segala sesuatu yang tidak kita lihat. Kita tidak dapat melihat Tuhan secara fisik manusia, namun kita dapat melihat Dia melalui penyataannya di dalam dunia ini. Penyataan umum melalui karya ciptaan-Nya di dunia ini. Siapa yang menciptakan alam dunia ini?. Siapa yang menciptakan manusia?. Tentu dari iman kita mengatakan adalah Tuhan. Bahkan dengan kerendahan hati, Raja Daud mengungkapkan keagungan-Nya atas ciptaan Tuhan melalui Mazmur 8:4-7 menuliskan, “Jika aku melihat langit-Mu, buatan jari-Mu, bulan dan bintang-bintang yang Kautempatkan: apakah manusia, sehingga Engkau mengingatnya? Apakah anak manusia, sehingga Engkau mengindahkannya? Namun Engkau telah membuatnya hampir sama seperti Allah, dan telah memahkotainya dengan kemuliaan dan hormat.Engkau membuat dia berkuasa atas buatan tangan-Mu; segala-galanya telah Kauletakkan di bawah kakinya. Dengan demikian manusia tidak perlu sombong dan menganggap dirinya hebat karena semua yang dia miliki adalah dari Tuhan. Penyataan khusus, melalui penyelamatan di dalam Kristus Yesus. Paulus di dalam Roma 3:23 mengatakan Karena semua orang telah berbuat dosa dan telah kehilangan kemuliaan Allah, dan oleh kasih karunia telah dibenarkan dengan cuma-cuma karena penebusan dalam Kristus Yesus. Justru dengan karya penyelamatan ini kita dapat merasakan dan mengalami bagaimana Tuhan berkarya dalam hidup kita. Terakhir melalui penyataan pribadi, di dalam doa, penyertaan, kasih setia Tuhan termasuk nafas kehidupan yang selalu baru di dalam kehidupan kita. Hal ini menunjukkan bahwa Tuhan ada dan selalu bersama dengan setiap orang. Kembali kepada orang tersebut apakah dia percaya kepada Tuhan atau tidak?.

Tuhan menciptakan kita sebagai makhluk yang menjadi mahkota ciptaan yang serupa dan segambar dengan Dia (Kejadian 1:26). Ini kelebihan manusia dibanding makhluk lainnya. Namun jangan mempergunakan hak ini sebagai alat untuk “memper-Tuhan-kan” diri kita sendiri, melainkan kita jadikan alat untuk menjadi berkat bagi diri kita, bagi orang lain serta menjadi kemuliaan bagi nama Tuhan. Sebab segala sesuatu adalah dari Dia, dan oleh Dia, dan kepada Dia: Bagi Dialah kemuliaan sampai selama-lamanya! (Roma 11:36).

Akhrinya, meskipun saudara-saudara kita atheis mengadakan pertemuan dan mengklaim bahwa Tuhan tidak ada, namun saya saat ini besok dan selamanya tetap percaya adanya Tuhan. Setuju dengan saya????

4 pemikiran pada “MASIH PERCAYA BAHWA TUHAN ADA?

  1. mantap yach pelnya, pak maju truz supaya di pake Tuhan secara luar biasa lagi, dalam pelayanan yang Tuhan percayakan. masih ingat ya Peristiwa di gereja kita di Nias. salam aja ya buat keluarga dan jemaat yang bapak layani, Tuhan Memberkati

  2. orng terlalu pntar sehingga dia bisa membanggakan diri sendiri, dia hidup tanpa tuhan, dia hidup tanpa kepercayaan. dia tak mengenal surga dan neraka, maka dia tak mengetahui mengapa dia kalau mati dikubur di dalam tanah, kok gk dibuang ke luar angkasa saja …

Tinggalkan Balasan ke aozinema Batalkan balasan